LDMI III 1994 captured by didik soegiarto |
beberapa orang mungkin akan berpikir "kenapa sih pake repot kalo dicomot fotonya, cuma foto ini dan lagian juga apa susahnya membuat foto"... jika kemudian ada pemikiran seperti ini, maka pertama saya akan bilang : "jika anda menganggap gampang membuat sebuah foto, kenapa ndak anda lakukan saja, memotret sendiri dan tidak mengambil foto orang..." dan yang kedua saya bisa pastikan bahwa orang yang beranggapan seperti ini dibesarkan dengan kemudahan zaman, ketika sebuah foto dapat dibuat dengan sekali jepret dengan handphone, kemudian di olah digital sedikit dan beres :)
untuk orang yang beranggapan mencomot foto itu ndak bermasalah karena memotret itu mudah, rasanya saya kepingin membawa dia ke masa 20th yang lalu, ketika kemudahan tidak seperti sekarang ini, memotret butuh kamera, butuh film, dan jika anda tidak tepat memasangkan roll film pada gigi pengaitnya, saya jamin film ndak berputar, gambar tidak terekam dan anda akan kehilangan momen -lebih jelasnya silakan tonton film dongkrak antik dono kasino indro- maka jelas memotret tidak semudah yang anda sangka.
saya dahulu juga pernah sakit hati, ketika jaman kuliah, tahun 1994, foto saya yang saya ambil dengan kamera full manual, tiba tiba dipublish menjadi foto untuk melengkapi berita tentang kegiatan kemahasiswaan (LDMI III - Lomba Dayung Mahasiswa Indonesia ) -yang kebetulan saya sebagai panitia dan seksi dokumentasinya- di majalah HAI oleh korespondennya di wilayah Jawa Timur, tanpa mencantumkan nama saya sebagai fotografer, dan jika diingat sampai sekarang rasanya itu campur aduk antara : kerja keras saya tidak ada gunanya, dan betapa orang tidak bisa menghargai karya orang lain. kalo dalam bahasa suroboyoan, hati saya remek, remuk redam begitu bahasa bakunya :)
maka sebenarnya saya ingin sekali mengajak dan menghimbau agar kita menghargai kerja orang lain, kita apresiasi kerja mereka dengan mencantumkan sumber dan atau meminta ijin sebelum menggunakan karya meskipun itu hanya sebuah foto, baik untuk kegiatan amal terlebih untuk kegiatan komersial.
sebagai contoh, saya perlu untuk meminta ijin pada keponakan saya untuk mengolah digital fotonya meskipun saya pasti mencantumkan namanya sebagai pemotret dan ini hanya sebuah proyek senang senang, begitu juga adik saya akan meminta ijin jika akan "meng-acak acak" foto-foto saya
poetry by kie.e picture by athena |
internet memang media yang bebas, penuh dengan kemudahan, tapi bukan berarti kita "tidak ber-etika" karenanya, maka saya sarankan lebih baik menggunakan foto hasil kita sendiri meskipun kurang bagus, selain menghindari ketidak nyamanan atau tuntutan (baik moral maupun secara hukum) orang lain, kita juga belajar menghargai diri sendiri dan belajar beretika di media paling bebas sekalipun :)